Generasi Rusak Moral

Beberapa hari terakhir berbagai media di Indonesia menyoroti berbagai kasus pemerkosaan yang terjadi di berbagai provinsi. Indonesia Darurat moral, kata saya. Danini tidak terjadi baru-baru ini saja. Tapi sudah dari dulu. Bayangkan, ada kasus seorang anak SMP diperkosa 14 orang, lalu dibunuh. Ada kasus seorang pria memperkosa 58-an anak balita. Ada kasus pemerkosaan dan pemunuhan kejam dengan melibatkan alat pertanian yang ditancapkan di tubuh korban. Ada kasus pemerkosaan dengan korban berusia belum genap tiga. Ada kasus pemerkosaan yang melibatkan keluarga sedarah. Ada kasus pemerkosaan di instutusi pendidikan. Ada pula kasus pencabulan terhadap ayam (ya, ayam beneran bukan ayam kampus) milik tetangga. Dan masih ada ratusan lagi kasus pemerkosaan di berbagai wilayah negeri ini, dengan berbagai macam latar belakang kehidupan, rentang usia, dan cerita dari para pelaku dan para korban.
Miris, ketika kita menyadari bahwa ini terjadi di negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Bukankah Islam adalah agama rahmatan lil-alamin? Namun mengapa kelakuan (sebagian) umatnya seperti ini? Tentu pertanyaan itu akan muncul di benak sebagian dari kita. Betapa rusaknya moral penghuni negeri ini. Saya tidak mengatakan pemuda, karena kenyataannya pun pelaku pemerkosaan ada yang berusia tujuh puluh lima. Saya tidak mengatakan rakyat, karena ada pula pelakunya berlatar belakang pejabat, juga pengusaha dan lakon hiburan di media elektronika. Betapa banyak di antara mereka yang melakukan perbuatan tak manusiawi, tanpa segan pula nyawa para korban dihabisi. Masyarakat ramai-ramai menuntut hukuman mati dan kebiri, namun hukum pun seringkali tak berdaya hingga membuat keluarga korban kembali makan hati.

Adakah sudah merupakan tanda-tanda akhir zaman, bahwa banyak terjadi perbuatan zina dan pembunuhan?

Mengapa terjadi demikian? Tentu ada banyak alasan. Intinya, mengingat kata Bang Napi di televisi, kejahatan bukan hanya karena ada niat. Tapi juga kesempatan. Jadi bisa dibilang fifty-fifty. Ada niat tapi tak ada kesempatan, ya tak jadi, kecuali niatnya sungguh-sungguh besar. Ada kesempatan, tapi tak ada niat, bisa jadi pula kesempatan yang ada jadi memunculkan niat.

Kalau urusan niat, tentu ada di pihak pelaku. Mengapa bisa muncul niat jahat untuk melakukan perbuatan bejat?

Paparan pornografi yang menjadi-jadi lalu jadi topik untuk dievaluasi. Di mana berbagai media telah menyediakan. Pengaksesnya pun beragam, dari yang tampak alim dan melenakan, hingga yang bertampang sangar dan urakan. Dari aki-aki bau tanah, sampai anak SD dengan seragam bercelana merah. Tak heran, dengan semakin mudahnya akses terhadap pornografi, para pengaksesnya pun mengalami peningkatan frekuensi horny. Entah karena belum pada beristri, atau karena memang nafsu sudah menguasai, korban pun dicari dan dieksekusi. Tak hanya membuat masa depan korban jadi suram tak karuan, tak jarang pula korban dibunuh tanpa perasaan.

Di atas itu, tentu ada masalah kurangnya penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan sekedar masalah kurangnya ilmu agama, namun juga kurangnya penerapannya. Karena ada pula pelaku perbuatan hina yang katanya berilmu agama, penampilannya pun ala ulama, meski tak bisa dianggap sama rata begitu semua. Ilmu saja tanpa penerapan, tentu nol besar, bukan? Kembali lagi ke masalah kurangnya penanaman akhlak pada anak-anak. Ini bukan semata tanggung jawab institusi pendidikan semata, namun juga keluarga dan lingkungan warga. Pendidikan tak hanya di kelas, lebih utama dalah apa yang diajarkan di keluarga. Karena keluarga adalah madrasah utama bagi anak-anak. Lalu lingkungan sekitar. Di mana ia tinggal dan berinteraksi dengan manusia-manusia lain. Baru kemudian institusi pendidikan. Intinya penanaman akhlak adalah tanggung jawab bersama. Tidak hanya mengajarkan agama sebagai ritual, kewajiban dan kepercayaan, namun bagaimana menjadikan agama sebagai panduan hidup, ajaran akhlak dan panduan berperilaku yang applicable dalam kehidupan sehari-hari.

Kita berpindah ke sisi lain, yakni kesempatan. Ketika kesempatan muncul, dan niat sudah ada, maka terjadilah. Kadang bisa juga niat itu tak ada, namun ada kesempatan, maka ini pun bisa menjadikan kejadian tak mengenakkan. Mengapa kesempatan itu ada?

Gaya pakaian wanita masa kini sering dianggap memancing naluri lelaki. Kain tipis menerawang, bikin pria bisa lihat ke lekuk tubuh yang membayang. Potongan kain compang camping, terbuka dan sungguh bikin gairah terpancing. Pakaian ketat mengikuti lekuk tubuh, bikin jantung bergemuruh. Kalau dipancing pakaian model bikini, maka sudah pasti akal sehat diambil alih oleh insting hewani. Terjadilah kasus perkosaan di sana sini.

Tapi tak jarang pria pelaku pemerkosaan mengincar korban yang bahkan pakaiannya tertutup, ada pula korban yang baru berusia balita. Apa lantas itu semata karena gaya pakaian sahaja? Tentu ada alasan lain kan?
 
Kondisi lingkungan yang minim pengawasan, bisa jadi penyebab lain munculnya kesempatan. Kos-kosan campur pria wanita tanpa pengawasan, pos ronda di pinggir jalan yang sepi tanpa penerangan, atau bahkan gudang sekolah yang luput dari patroli satpam, semua itu bisa menjadi peluang bagi orang mesum untuk berbuat jahat. Dan ini tentu tanggung jawab bersama, bagaimana bisa membangun lingkungan yang aman bagi kita bersama.
 
Tentu kita tak ingin anak-anak kita (baik lelaki maupun perempuan), istri-istri kita, saudari-saudari kita, ibu-ibu kita, dan wanita-wanita lain di lingkungan kita menjadi korban para penjahat kelamin.
 
Tanggung jawab lelaki adalah menahan diri dari munculnya niat mesum, baik terhadap wanita dari berbagai usia (dari usia balita, bocah SD, SMP, SMA, Kuliah, pegawai, ibu beranak lima, janda tanpa anak, sampai wanita usia setengah tua, segala rentang usia rentan menjadi korban), maupun anak-anak laki-laki balita (ya, banyak predator seksual yang menggasak pula anak lelaki), ataupun ternak milik tetangga. Tundukkan pandangan dari apa-apa yang bisa menimbulkan gejolak hati, tahan dirimu, berpuasa, mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa, perbanyak ibadah dan aktivitas yang baik agar terhindar dari pikiran kosong yang membawa pada angan-angan dan imajinasi yang berbahaya. Segera pantaskan diri, lalu pinanglah wanita yang baik untuk dijadikan istri, lalu jagalah diri dari segala godaan selain godaan istri terhadap suami sendiri. Jangan sampai nafsu sesaat membawa para pria ke dalam jurang maksiat yang dilaknat manusia dan dihukum berat di akhirat. Naudzubillah. . .
 
Tanggung jawab wanita adalah menjaga diri, jangan bepergian sendiri tanpa mahram yang menemani, kenakan pakaian yang menutupi aurat agar mencegah munculnya niat dan kesempatan para penjahat, bekali diri dengan ilmu bela diri (ssst... tendang area di antara kedua kaki pria, niscaya itu akan memberi kesempatan beberapa detik untuk kabur dari ancaman), kuatkan iman, perbanyak berdoa agar selalu berada dalam lindungan Allah. Ingat, sebaik-baik pelindung adalah Allah, dan bagaimana mungkin para wanita berharap mendapatkan lindungan Allah jika tak menaati aturan Allah (misal, menutup aurat dengan baik)?

Tanggung jawab kita bersama untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi para wanita dan anak-anak, dan bagi semua. Mulai dari yang kecil, mulai dari diri kita, mulai dari saat ini. Demi Indonesia yang lebih baik.

Komentar