Kasasi: Ujian Berbagai Warna dan Rasa

Apa yang terlintas di pikiran kita ketika mendengar frasa "ujian dari Allah" ? Apakah kesusahan? Apakah penyakit? Atau tahta dan jabatan? Bisa jadi. Bukan hanya kekurangan harta, ketakutan dan ancaman musuh, yang menjadi bagian dari ujian Allah pada kita. Namun kesehatan, kekayaan, jabatan, bahkan ketaatan pun, bisa jadi merupakan bentuk ujian dari Allah pada kita. Lha kok bisa?
Kasasi siang ini terfokus pada ayat berikut:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan…” (QS. Al-Anbiya ayat 35)

Tunggu sebentar, kok kebaikan sih? Bukannya kebaikan itu nikmat ya?, begitu mungkin pikir sebagian pembaca. Faktanya, tidak sepenuhnya dan tidak selalu begitu. Bisa saja, ketika kita mendapatkan kenikmatan dari Allah, justru itu termasuk ujian. Ingat tentang istidraj?

Berikut sebagian ulasannya sebagaimana disarikan dari Kasasi siang tadi (sebagian yang sempat penulis catat, afwan terlambat join tadi):


  • hal yang disukai maupun tidak disukai manusia, terkandung ujian Allah di dalamnya
  • orang yang masih sempat beribadah ketika susah/saki, bisa jadi ketika sehat lebih bagus lagi ibadahnya; sebaliknya, ada orang yang ketika sehat saja malas ibadah, apalagi pas sakit, bisa jadi lebih malasa lagi
  • penyakit hati yang bisa muncul beriringan dengan harta adalah pelit ketika elum memiliki, dan tamak ketika sudah memiliki
  • ungkapan rasa syukur yang paling rendah adalah dengan tidak bermaksiat kepada ALlah melalui apa-apa yang telah diberikan-Nya pada kita
  • orang yang kikir teranacam akidahnya, karena dia meragukan kapabilitas Allah SWT sebagai pemberi rizki. Masak, Allah menciptakan langit bumi akhirat dan seisinya saja mampu, apalagi sekedar menjamin rizki umatnya. Maka dari itu kita tidak boleh ragu terhadap rizki yang Allah telah tetapkan pada kita
  • sedekah yang paling baik adalah saat sehat dan ada rasa 'sayang' untuk menyedekahkan rizki itu; kalau ketika sakit lalu jadi dermawan mah biasa. Memang selalu terjadi perang batin antara nafsu dan nurani ketika akan melakukan kebaikan; demikian pula saat akan bermaksiat
  • orang yang melalaikan sholat = mudah menuruti hawa nafsu. Naudzubillah
  • ketika kita taat pada Allah pun, bisa jadi itu merupakan ujian bagi kita. Akankah kita tetap taat pada-Nya dengan ikhlas? ataukan akan tumbuh kesombongan di dada kita saat melihat diri ini lebih taat dari orang lain?
  • keridhoan Allah tidak diukur dari banyaknya harta, keturunan, atau jabatan. Ridho Allah akan kita ketahui kelak di hari akhir, maka dari itu kita dilarang menyombongkan ibadah dan ketaatan kita, karena siapa tahu justru Allah melihat adanya riya' dalam ibadah kita dan hanguslah segala nilai pahala di dalamnya

Sayangnya tadi penulis terlambat bergabung ke kajian, namun Alhamdulillah di akhir sesi masih sempat ketemu pemateri dan meminta presentasinya. Materi kajian dapat diunduh di sini.

Semoga kita senantiasa termasuk hamba yang bersabar dalam menghadapi ujian dari ALlah, baik yang rasanya pahit maupun yang terlihat manis, aamiin . . .

Komentar