Intinya Harus Peka

Melihat judu di atas, sebagian pembaca mungkin akan berpikir "nih si gundul habis diprotes ceweknya gara-gara gak peka kali". Bukaan, bukan begitu maksud postingan kali ini Gaes. Gue mah nggak gitu orangnya nggak pernah nggak diprotes maksudnya. Ini bukan postingan tentang cowok yang diprotes cewek karena nggak peka. Ini postingan umum kok, untuk siapa saja yang sehari-harinya berinteraksi dengan manusia lain, kapanpun dan dimanapun, termasuk kamu. Iyaa, kamuuu *nunjuk Pembaca dengan stye Dodit Mulyanto SUCI 4.


Jadi begini Gaes, kan setiap hari kita nih pasti berinteraksi dengan sesama manusia kan (kecuali sebagian pembaca ada yang lebih suka berteman dengan jin penunggu batu akik?)? Nah dalam interaksi kita itu, kita harus saling menjaga perasaan masing-masing orang Gaes. Mungkin dalam keseharian, ketika bertemu dengan orang yang akrab, beberapa orang memiliki gaya bicara yang khas. Khususnya bagi cowok, yang kadang kalo makin akrab sama seseorang, bahasanya makin kasar/vulgar. Dalam kondisi biasa, tentu ungkapan keakraban tersebut bisa dimaklumi oleh teman akrab (meski yang nggak akrab bisa jadi risih dengan kekasaran tersebut). Namun bisa jadi pada suatu kesempatan, si sohib ini sedang tak enak hatinya. Dan 'keakraban' tadi tiba-tiba jadi terdengar menyebakan. 

Misal, dalam keseharian, kita bisa saling berkata 'gila', 'payah lu', dan sebagainya. Masalahnya, kalau si sohib lagi nggak mood, bisa aja hal yang lumrah ini ditanggapi serius. Dan jadi nggak enak kan?
Maka, intinya kita harus peka melihat situasi mood rekan kita, siapapun itu. Mau ekan hidup kek (cieee...), rekan kerja, rekan belajar, atau rekan-rekan lainnya. Jangan sampai ketika mood rekan lagi buruk, eh kita menambah buruk dengan pemilihan kata yang tidak tepat. Lebih baik berhati-hati daripada menyesal karena salah kata, kan? Selamat berkata-kata Gaes :D

Komentar