Sedikit Berbagi Ilmu (Biasa, Rangkuman Kajian Rutin)

Assalamu'alaikum wr wb pemirsa sekalian. Kali ini penulis ingin berbagi sedikit ilmu dari ckajian rutin yang diadakan di masjid kantor. Seperti masjid-masjid lain, masjid kami pun mengadakan kegiatan kultum atau kajian singkat, selepas sholat 'Isya setiap hari, serta selepas sholat dzuhur setiap Selasa sampai Kamis. Berikut beberapa poin yang dapat penulis catat dari Khotbah Jumat (27 Juni), kajian ba'da Isya (30 Juni dan 1 Juli ), kajian ba'da Dzuhur (2 Juli ) :

  • Ramadhan adalah tuan rumah, bukan kita yang menyambut Ramadhan (marhaban yaa Ramadhan), namun Ramadhan yang menyambut kita, dan kita adalah tamu Ramadhan. Maka dari itu, sebagai tamu, kita harus mengikuti 'aturan' tuan rumah, di antaranya memperbanyak ibadah di bulan ini
  • Ramadhan adalah 'hadiah' Allah kepada umat Nabi Muhammad SAW. Usia umat kita berada pada kisaran 60-70 tahun, jauh jika dibandingkan usia umat Nabi-nabi sebelumnya yang mencapai ratusan tahun. Dari 60-7- tahun itu, cuma berapa persen yang kita gunakan untuk beribadah pada Allah? Serajin-rajinnya kita beribadah pada Allah (itupun nggak semuanya sholatnya khusyuk, nggak semua ibadahnya ikhlas, nggak semuanya sempurna), kita nggak akan sanggup menandingi kuantitas ibadah umat-umat terdahulu. Oleh karena itu, beruntunglah kita, Allah memberikan hadiah besar berupa Ramadhan, yang mana segala amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Kita nggak usah meributkan berapa kali lipat, yang penting adalah apa yang kita lakukan untuk sebanyak-banyaknya beribadah di bulan ini, karena seberapun besarnya faktor pengali, kalau nggak ada ibadah yang akan dikalikan, ya sama aja nol besar tauuu . . .
  • orang yang hatinya lebih berat kepada dunia daripada akhirat, kelak akan dibuat berdiri di atas wajahnya saat berada di akhirat
  • perintah untuk berpuasa di bulan Ramadhan diawali dengan kalimat "hai orang-orang yang beriman", bukan "hai orang-orang Islam" atau lainnya, menunjukkan bahwa perintah tersebut merupakan perintah yang tidak semua orang sanggup menjalaninya, hanya orang-orang terpilih yang sanggup menjalankannya. Alhamdulillah jika kita termasuk di antaranya,karena faktanya, banyak juga umat Islam yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan tanpa alasan yang syar'i
  • yang disebut nikmat, adalah segala yang kita inginkan. Karena itu, jangan mencari nikmat di dunia, karena tak akan sanggup kita memenuhinya. sebaliknya, lebih utama bagi kita untuk mencari nikmat di akhirat, karena nikmat di akhirat jauh lebih utama daripada nikmat dunia. Dan puncak kenikmatan, serta puncak dari keimanan yang haqiqi adalah ketika di akhirat kelak kita dapat bertemu dan melihat Dzat yang  Maha Agung yang telah menciptakan kita. Ketika kita mendapatkan nikmat itu, maka hilang sudah segala keinginan akan nikmat-nikmat yang lain.
  • untuk mencapainya, kosongkan diri dari hal-hal yang tercela (yakni apa-apa yang dibenci Allah SWT), kemudian isi kekosongan itu dengan hal-hal yang disenangi Allah
  • umat Islam jangan terlalu banyak berdebat dalam perbedaan-perbedaan yang tidak signifikan (terkait khilafiyah ulama) karena dalam Islam memang ada beberapa hal yang memiliki ruang untuk perbedaan, dan itu tidak perlu dibesar-besarkan. Yang penting, jangan berbeda terkait aqidah, ibadah dan hal-hal yang telah dijelaskan secara gamblang, tidak masalah. Hal-hal seperti penentuan 1 Ramadhan, bilangan roka'at sholat tarawih, bacaan qunut sholat subuh, memanjangkan jenggot, adalah hal-hal yang tidak perlu diperdebatkan. Daripada memperdebatkan hal itu, yang lebih penting adlah bagaimana masing-masing kita senantiasa memperbaiki diri dulu, bukan menyalahkan yang lain terkait hal-hal di atas. 
  • kita beribadah untuk mengharapkan ridho Allah, serta takut pada murka Allah. Dalam hal ini, ridho Allah dapat dikorelasikan dengan surga, serta murka Allah berkorelasi kuat dengan neraka. Karena itu, kita diperbolehkan untuk mengharapkan surga Allah dan takut ada neraka-Nya, karena dalam beribadah kita memang diharuskan ikhlas alias hanya mengharapkan balasan dari Allah SWT (yakni ganjaran berupa surga dan dijauhkan dari api neraka), bukan dari makhluk, karena makhluk tidak mampu memberikan apapun kepada kita
  • dalam beribadah kepada Allah, tidak selamanya kita bisa menggunakan logika dunia. Semisal, gambaran tentang surga yang memiliki sungai berupa air, susu, khamr yang tidak memabukkan, serta madu. Dalam perspektif manusia yang terikat hukum-hukum alam yang 'normal' tentu hal tersebut tidak mungkin. Namun jika iman sudah ada di dalam diri kita, apapun yang diajarkan dalam agama, kita pasti meyakini kebenarannya, karena Allah sendiri yang mengatakan bahwa tidak ada keraguan di dalam Al-Qur'an (Al Baqarah ayat 2). Maka dari itu, yang dikatakan dalam Al-Qur'an sudah pasti benar. Hanya saja, seringkali ilmu manusia yang tidak mencukupi untuk memahami semuanya. (yaiyalah, ilmu manusia ini cuma seujung jarum dibandingkan samudra ilmu Allah, bahkan kurang. Lagian, kalau kita memahami logika bahwa Allah adalah tuhan pencipta alam semesta dan segala isinya, juga akhirat dan segala sesuatu yang ada, maka kita bisa mengatakan 'apa sih yang nggak mungkin bagi Allah?'. Jadi kesimpulannya, ajaran agama kita ini sangat logis!)
 Karena keterbatasan penulis (tuh kan, manusia itu memang lemah ya, dari sekian banyak kajian, cuma seimprit yang bisa diingat), terpaksa postingan in idiakhiri di sini. Insya Allah, hasil kajian-kajian lainnya akan dipublikasikan juga pada kesempatan lain. Tak lupa penulis mengajak kepada kita semua untuk senantiasa memiliki rasa tidak puas terhadap ilmu yang kita miliki, karena sesungguhnya ilmu kita amat terbatas, maka sia-sia lah jika kita menganggap sudah memiliki cukup ilmu. Terlebih di bulan Ramadhan, yang mana pahala dilipatgandakan. Yuk, saudaraku sekalian, sampai di sini dulu postingan penulis. Semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada kesalahan (asli dari penulis), wassalamu'alaikum wr wb . . .

Komentar