TMT Telat?

Rencananya, para alumni STAN angkatan saya, akan di-TMT CPNS-kan 1 Oktober ini, yakni diakui sebagai CPNS meskipun surat Keputusan turun belakangan. Namun nampaknya, hal tersebut akan tertunda mengingat kabar terakhir, ada berkas-berkas yang masih salah. Dan sepertinya prediksi saya (meskipun sangat tidak mengharapkan ini) akan terjadi: TMT mundur lagi, tertunda lagi.

Well, saya mencoba melihat hal ini sebagai momen introspeksi kolektif bagi sesama rekan STAN, terutama saya pribadi. TMT yang (harusnya segera) menjadi hak kami, terpaksa ditunda. Ternyata nggak enak ya, ketika hak yang seharusnya didapatkan, eh tertunda. . .

Di sisi lain, kita mungkin sering menunda-nunda hak orang lain.
Loh kok bisa, kan kita nggak ngasih gaji ke orang lain, mungkin begitu pikir sebagian kita. Tapi coba diingat, mungkin ketika kita berjanji untuk bertemu dengan orang lain, kita terlambat untuk menepati janji tersebut. bukankah orang tersebut berhak untuk mendapatkan janji yang ditepati dari kita? Bukankah kita berkewajiban untuk menepati janji tepat waktu?
Misalnya, janjian mau maen sama temen, janjian jam 7 eh baru dateng jam 8 lewat. . . Janjian kumpul angkatan jam 3, eh datang jam 4 kurang. . . Dan sebagainya, karena saya yakin budaya jam karet masih sangat lekat dalam keseharian kita. Dan seringkali kita menganggapnya biasa, tidak merasa bersalah saat menunda-nunda melakukan kewajiban/memberikan hak orang lain.
Dan di saat bersamaan, kalau ada yang telat melakukan kewajiban pada kita/memberikan hak pada kita, eh kitanya ngedumel. Adil nggak tuh? Hayoo, inget nggak tentang kuliah bola tenis?

Well, ini cuma pendapat saya aja sih, mencoba menyikapi keterlambatan TMT ini sebagai momen introspeksi. Saya  sendiri sih juga berharap TMT cepet, pengangkatan cepet, nikah cepet, ya gak ?
*semoga saja TMT angkatan kami on-time, atau kalaupun telat, jangan banyak-banyak. Aamiin . . .

Komentar