Jenis - Jenis Mahasiswa (Eps. 1)

Mahasiswa, adalah julukan bagi mereka yang berkesempatan menempuh pendidikan lanjutan, alias kuliah di Perguruan Tinggi. Meski tugas utamanya kuliah, tidak semua mahasiswa benar-benar mengisi jam kuliah dengan 'kuliah sebenar-benarnya'. Kebanyakan malah melakukan hal lain di saat dosen asyik menerangkan, dan baru 'kembali' ke dunia nyata ketika dosen menyebut namanya untuk menjawab pertanyaan. Berikut ini saya mencoba mengklasifikasikan mahasiswa berdasarkan pada apa yang dilakukannya saat jam kuliah :
  • mahasiswa beneran : tipe inilah yang mahasiswa sebenar-benar mahasiswa. Mendengarkan perkataan dosen, memperhatikan presentasi, membuat catatan, mengerjakan tugas dengan baik dan aktif bertanya jawab dengan dosen. Biasanya IP mereka tinggi, namun ada juga yang IP-nya biasa-biasa saja meski sudah serius kuliah saat dosen menerangkan termasuk penulis. Mereka biasanya menjadi jujugan rekan-rekan seangkatannya di kala UTS/UAS melanda kampus, dan biasanya diperebutkan cukup dapat diandalkan jika ada tugas kelompok. Seringkali, mereka bukanlah orang yang mau diajak kompromi saat ujian, karena prinsipnya kuliah itu untuk cari ilmu, dan ujian adalah pembuktian seberapa banyak ilmu yang kamu serap, bukan sekedar mencari nilai. Akibatnya, tak jarang mereka dianggap tak solider, individualis atau egois

  • mahasiswa aktivis : tipe ini, biasanya memiliki banyak aktivitas di luar kegiatan perkuliahan, misalnya BEM, BLM, Organda atau ekskul. Di jam kuliah, biasanya kurang fokus pada kuliah karena kepikiran proposal acara, atau jadi panitia apa gitu. Tak jarang, mereka bolos dan titip absen ijin tidak masuk kuliah karena ada keperluan organisasi. Sisi positifnya, mereka memiliki soft skill yang lebih bagus dibandingkan kebanyakan mahasiswa non aktivis karena mobilitas dan frekuensi interaksi mereka dengan banyak orang (ceileh bahasanya). Mereka biasanya memiliki jiwa kepemimpinan/manajerial (bergantung pada posisi di organisasi), punya kemampuan komunikasi yang bagus, relasi di luar kampus banyak, cukup kenal dengan para petinggi kampus, dan punya mental cukup tahan banting (faktor pengalaman berbicara bung). Sayang, seringkali saking sibuknya, banyak jam kuliah terlewatkan dan bahkan kadang kesehatan diri pun ikut jadi korban
  • mahasiswa kerja : selain berprofesi sebagai mahasiswa, tipe ini juga menyandang status pekerja. Mereka bisa jadi karyawan/pegawai di suatu tempat yang masih ingin menambah ilmu, atau sekedar memburu kenaikan pangkat, atau bisa juga berasal dari mahasiswa jelata yang memiliki sampingan pekerjaan. Pekerjaannya pun bermacam-macam, mulai PNS, karyawan swasta, pebisnis, model, dan sebagainya. Biasanya mereka mengalami kesulitan mengatur jadwal kuliah karena terbentur kerjaan rutin mereka, sehingga tak jarang mereka termasuk awet di kampus alias nggak lulus-lulus. Well, setidaknya mereka sudah punya penghasilan untuk membiayai sebagian atau seluruh biaya kuliah mereka sehingga tidak terlalu membebani orangtua. Namun banyak juga yang sukses membagi waktu antara kerja dan kuliah; kerjaan beres, IP bagus. Dan kita pun perlu mengapresiasi semangat mereka dalam menuntut ilmu meski dalam keterbatasan waktu, di mana secara ironis, banyak mahasiswa yang menyia-nyiakan waktu kuliahnya hanya demi hal-hal yang sebenarnya tidak penting
  •  Mahasiswa religius : adalah mereka yang tetap istiqomah menjaga keseimbangan antara kehidupan mahasiswa dengan kehidupan rohaninya. Di tengah berbagai imej miring seputar kehidupan mahasiswa, mereka mampu menjaga diri dari kebanyakan pengaruh buruk lingkungan dan pertemanan di kampus. Meski ada yang dijuluki 'sok suci', 'sok alim', kuper dan sebagainya, nyatanya dalam kehidupan sehari-hari mereka juga berinteraksi dengan semua lapisan mahasiswa. Tidak semuanya berpenampilan 'khas' orang alim, bahkan beberapa yang terlihat 'serampangan' bisa saja ternyata seorang mahasiswa religius. Di saat sebagian orang berprinsip "mumpung masih muda, hepi-hepi lah, tobat ntar aja kalo udah tua", mereka punya prinsip bahwa "masa muda harusnya adalah masa mempersiapkan diri untuk akhirat, karena kita nggak tahu kapan kita mati". Sayang, beberapa dari mereka memiliki semangat tinggi tanpa dibarengi ilmu mumpuni, sehingga rawan terjerumus aliran sesat yang justru merugikan mereka
  •  mahasiswa kompetisi : merupakan mahasiswa-mahasiswa terpilih, dan selalu terpilih untuk mewakili almamater mereka dalam perlombaan antar kampus. Mereka tidak selalu merupakan mahasiswa dengan IP tertinggi (namun untuk perlombaan-perlombaan tertentu, ya, mereka jajaran mahasiswa top class), yang penting mereka ahli di bidang yang dilombakan. Ada berbagai jenis mahasiswa dalam golongan ini (tentu saja, jenis lombanya kan banyak) dan melingkupi berbagai jenis kemampuan. Ada yang jago nyanyi, musik, olahraga, karya tulis ilmiah, lomba robot, pidato bahasa asing, drama, dan sebagainya. Mereka biasanya terkenal di kalangan mahasiswa maupun para pengajar karena prestasinya. 
  • mahasiswa go international : merupakan mahasiswa yang telah melalui seleksi ketat untuk menjadi perwakilan kampus (dan lebih dari itu, perwakilan bangsa) untuk menyerap ilmu di negeri orang. Mereka adalah orang yang beruntung, tidak hanya bisa menikmati kuliah saja, masih ditambah dengan kuliah di luar negeri. Mereka digadang-gadangkan untuk mampu menerima ilmu dari luar negeri yang katanya sistem pendidikannya lebih bagus, untuk kemudian ditularkan kepada rekan-rekannya di kampung halaman. Secara keilmuan, bisa dibilang mereka bisa berada pada level lebih tinggi daripada mahasiswa 'lokal'. Namun belum tentu juga ilmu yang didapatnya itu dapat diterapkan di negeri sendiri. Dan yang paling dikhawatirkan oleh kita dari mahasiswa jenis ini, adalah hilangnya keinginan dari mereka untuk kembali pulang dan turut berperan memperbaiki negeri ini melalui ilmu yang didapatnya di negeri seberang sana . . .
  • mahasiswa penemu : jenis ini, bisa dibilang di berada di atas mahasiswa jenis lain. Beyond Top Class. Ultimate Colleger. Tidak hanya sekedar IP tinggi, atau piala juara lomba, yang merupakan penghargaan akademis namun biasanya kurang penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Yang mereka lakukan adalah menemukan sesuatu yang baru, yang tidak terlintas di kepala kebanyakan orang, hanya terlintas sebagai ide atau imajinasi sebagian orang tanpa pernah mampu mewujudkannya, mereka mewujudkan 'sesuatu'. Hal baru yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat nantinya. Tidak sekedar melakukan penelitian untuk tugas akhir dan berakhir setelah wisuda, namun mereka memiliki sesuatu yang mampu memberi solusi nyata untuk masyarakat. Inilah mahasiswa yang paling dibutuhkan oleh negeri ini, bukan sekedar memiliki prestasi akademik tanpa gerak nyata. Inilah mahasiswa yang kelak ketika sudah sarjana, mampu menjadi secercah harapan bagi masyarakat melalui inovasi dan temuannya. Karena tujuan dari pendidikan yang seharusnya adalah membentuk generasi terdidik yang mampu memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan masyarakat, bukan sekedar deretan angka tanpa makna yang dapat dimanipulasi oleh segepok rupiah . . .(insya Allah bersambung)
(gambar dari sini)

Komentar