Boediono Dan Adzan

Copas berita dari Koran Fesbuk (sebenarnya tadi juga udah baca, ntah di globalmuslim atau situs apa gitu, lupa, jadi aku copas yang dari Koran Fesbuk ini) :
"WAPRES MINTA DMI BUAT ATURAN PENGGUNAAN PENGERAS SUARA DI MASJID
Dalam sambutannya pada pembukaan Muktamar ke-6 Dewan Masjid Indonesia, Jum'at (27/4). Wakil Presiden Boediono meminta Dewan Masjid Indonesia (DMI) untuk membuat aturan mengenai penggunaan pengeras suara di masjid masjid. Wapres menyatakan, masjid sebagai tempat untuk mensyiarkan ajaran Islam harus memberi contoh-contoh baik dan memberi citra positif bagi dunia Islam maupun umat Islam Indonesia.

Semua muslim, sangat memahami azan adalah panggilan suci bagi umat Islam untuk melaksanakan kewajiban sholat. “Namun saya rasa – barangkali juga dirasakan oleh orang lain, suara azan yang terdengar sayup-sayup dari jauh lebih merasuk ke sanubari dibanding suara yang terlalu keras, menyentak, dan terlalu dekat ke telinga.Umat Islam juga dianjurkan beribadah dan berdoa dengan kerendahan hati. Al-Qur’an pun mengajarkan kepada kita untuk merendahkan suara kita sambil merendahkan hati ketika berdoa memohon bimbingan dan petunjuk-Nya” papar Boediono. (KF-Vey/1/14/Viva) | Follow KF di Twitter: @koranfesbuk"
Hal ini menuai beragam reaksi. Ada yang setuju, mungkin terganggu dengan suara adzan. Dalih mereka adalah, bahwa 'Tuhan itu nggak tuli, jadi buat apa adzan keras-keras'.

Sedikit meluruskan aja. Adzan itu bukan untuk memanggil Tuhan, dan Tuhan pastilah tidak tuli. Tapi adzan itu untuk memanggil umat Islam agar segera memenuhi ajakan untuk sholat. Adzan jaman sekarang pakai pengeras itu biar menjangkau tempat yang luas, agar banyak orang muslim yang mendengarkan panggilan itu di tengah ramainya hiruk pikuk kehidupan duniawi (secara, dunia jaman ini pasti lebih 'ramai' oleh suara kendaraan, orang, dan lain sebagainya, dibanding jaman Rasullu Muhammad SAW dulu), terus berangkat ke masjid untuk sholat (bukan untuk tukeran sandal).
Lha sekarang, adzan yang keras aja masih banyak yg g sholat, apalagi pelan.

Kaum yang sepikiran sama pak wapres akan bilang, sholat itu harusnya kesadaran pribadi, nggak perlu pake pengingat harusnya sadar, iya gak? Ayo ngaku!
Nah sekarang, faktanya banyak orang yang nggak sadar. Ada adzan yang ngingetin aja masih banyak yang nggak sholat, apalagi kalau disuruh pake kesadaran sendiri. Yang ngomong gitu, mungkin lupa bahwa muslim itu harusnya saling mengingatkan dalam kebaikan. Ya gak?


Yang dikhawatirkan oleh banyak pihak, adalah nanti kalau si wapres ini diturutin, akan tambah ngelunjak. Nari lama-lama masjid gak boleh lagi pake pengeras suara lagi pas adzan. Dan negara yang katanya mempunyai dasar negara dengan sila pertama 'Ketuhanan Yang Maha Esa' ini akan menjadi makin mirip dengan negara-negara sekuler di eropa, di mana kaum muslim di asingkan dan dibatasi hak-haknya. Sungguh ironis kalau itu terjadi, mengingat sebagian besar rakyat negeri ini ber-KTP Islam.
Tapi tentu saja, kita nggak tahu apa yang ada di pikiran pak wapres saat mengatakan pendapatnya tadi. Who knows..

Komentar