Kebahagiaan Itu Dari Hati, Bukan Materi . . .

Ingatkah saat kita masih kecil, belum kenal komputer dan internet, henpon atau blackberry, play station atau nintendo. Bermodalkan kaos oblong yang sudah dipakai kemarin dan kemarinnya lagi, ditambah sandal jepit dan celana seragam yang belum dilepas sejak pulang sekolah tadi. Ngacir dari rumah, lari berkejaran dengan kawan sebaya. Bermain petak umpet, atau sekedar berimajinasi jadi maling dan polisi. Tertawa lepas dan berkelahi sekali-sekali, bercanda ria meski kadang ada yang menangis sakit hati. Ke tanah lapang bukan main bola tapi mencari ilalang, berjongkok di tanah berpasir mencari undur-undur. Mendung datang, bukannya berteduh malah merengek-rengek minta hujan-hujan. Main sampai sore tanpa khawatir dimarahi. Toh meski dimarahi besok akan tetap bermain lagi.

Ah, betapa kebahagiaan itu tak tergantung dari melimpahnya materi, tapi memang dari hati. Kadang kebahagiaan datang dari hal-hal yang sederhana, yang kadang tampak tak berarti dan biasa saja. Kadang manusia terlalu jauh mencari, memburu apa-apa yang belum dimiliki, demi menyenangkan diri. Kebahagiaan sering datang tanpa diundang, bagai kejutan menangkan undian. Bahkan kadang, kita dapat menemukan kebahagiaan di saat yang tak terduga, di saat kita sudah terlanjur berburuk sangka. Maka bersyukurlah, dan berbahagialah.

Mungkin kamu sudah berkelana kesana kemari mengejar materi, prestasi dan segala kemewahan hidup ini. Mungkin pencarianmu akan berakhir tanpa menemukan kebahagiaan, hanya tumpukan harta dan tahta, namun terasa hampa. Jika sudah begitu, maka pulanglah, mungkin kamu mencari di tampat yang salah. Mungkin kebahagiaan itu ada di rumahmu, tertumpuk di antara banyak hal yang telah kamu miliki. Barangkali ia ada di sana, namun kamu tak menyadarinya. Mungkin karena kamu terlalu sibuk mencari yang tak kamu miliki, sampai lupa dengan segala yang sudah dipunyai.

*kutipan kata seorang sahabat. Jadi kangen dengan masa kecil yang kebanyakan terlewat begitu saja -,-

Komentar