Bola Tenis Versus Tembok

70 orang mahasiswa memenuhi ruangan auditorium yang dipakai untuk kuliah siang itu. Bukan auditorium megah macam yang ada di gedung DPR tapi merupakan salah satu ruangan paling representatif di kampus tersebut. Sebagian mahasiswa tertidur, sebagian lagi mengobrol serius, sebagian lagi saling mengolok-olok dan bercanda, sebagian lagi sibuk dengan ponselnya. Sesaat kemudian, seorang dosen berwajah ceria yang sedari tadi ditunggu melangkah memasuki ruangan. Mahasiswa merapikan duduknya dan memberi salam, dan dosen pun siap mengajar.
Alih-alih mengeluarkan laptop bermerk yang berisi bahan ajar, dosen tersebut mengeluarkan dua buah bola tenis. Para mahasiswa heran, karena tidak ada mata kuliah olahraga dalam jadwal mereka, dan dosen tersebut hanya membawa dua buah bola, tanpa net, raket dan lapangan tenisnya. Kemudian sang dosen memanggil dua sukarelawan untuk maju. Dua mahasiswa maju, yang satu bertubuh tambun dan berwajah lucu, yang satu berbadan tinggi besar berambut jabrik. Sorak sorai dan tepuk tangan riuh dari rekan-rekannya mengiringi, tak jelas apa yang disoraki.
Sang dosen memberikan pada mereka, masing-masing satu bola tenis. Lalu sang dosen meminta salah satu mahasiswa untuk melemparkan bola tenis ke dinding ruangan, pelan saja. Mahasiswa bertubuh tambun melemparkan bola ke dinding, pelan saja, dan bola memantul, kemudian ditangkapnya lagi. Lalu dosen meminta mahasiswa satunya untuk melempar bola ke dinding, dengan keras kali ini. Mahasiswa berambut jabrik melemparkan bola ke dinding dengan keras, dan bola memantul liar, dan tangkapan mahasiswa berambut jabrik luput. Bola menggelinding ke tengah ruangan.
Kemudian sang dosen bertanya, "Apa yang bisa kita petik dari permainan ini?". Beberapa mahasiswa mengacungkan tangan dan menjawab. Beberapa jawaban kurang memuaskan sang dosen, namun beliau tetap tersenyum dan berkata, "oke, ada yang lain?". Seorang mahasiswa berkepala gundul angkat tangan dan menjawab, "maknanya, kurang lebih adalah bahwa hal yang kita lakukan akan kembali kepada kita" dan kali ini jawaban tersebut memuaskan sang dosen. Dan sang dosen menambahkan sedikit penjabaran dan nasihat sebagai pengantar kuliah hari ini. 70 mahasiswa mengangguk-anggukkan kepala, entah mengerti atau mengantuk. Dan pengantar kuliah siang ini berakhir ketika sang dosen berkata "oke, kuliah kita mulai" dan membuka laptop bermerk berisi bahan ajar kuliah.
-----------------------------------------------------------------------------
Saudaraku, ketika kita berbuat baik kepada orang lain, maka sebenarnya kita sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Dan sebaliknya, ketika kita berbuat buruk kepada orang lain, sejatinya kita sedang berbuat buruk kepada kita sendiri.
Setiap perbuatan kita akan diberikan balasan yang setimpal oleh Allah SWT, Yang Maha Adil lagi Maha Teliti perhitungan-Nya, entah balasan yang segera tiba di dunia ataupun yang ditunda hingga di akhirat.

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS Al Zalzalah ayat 7-8)

Sepert
i ketika kita melemparkan bola tenis ke arah dinding, yang pantulannya akan mengarah kepada kita. Pantulan macam apakah yang kia inginkan? Apakah pantulan yang mudah ditangkap, ataukah yang sulit untuk ditangkap/diterima kembali? Jadi, lemparan macam apakah yang seharusnya kita lakukan?
----------------------------------------------------------------------------
Terimakasih untuk Bapak M Sofjan ("Sang Dosen") yang memberikan pelajaran tenis untuk mengawali kuliah Audit beberapa waktu yang lalu.

Komentar