Oh Negeriku. . .

Menepati janji saya untuk memposting ringkasan khotbah Jumat selama PKL di Malang, kali ini adalah khotbah dari Jumat ketiga yang akan saya posting (8 Juli 2011). Tema yang dibahas adalah rusaknya negeri ini adalah karena rusaknya para pemimpin negeri.

Khotbah yang sangat menohok, menurut saya. Karena sebagian dari yang mendengar khotbahnya adalah para pejabat pemerintah dari salah satu instansi yang memiliki citra negatif di masa lalunya (sekarang? kurang tahu ya :p sepertinya sih sudah lebih baik).

Khotbah dibuka dengan suatu ajakan untuk menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala ayang dilarang oleh-Nya, yang terutama diwujudkan dalam pengelolaan negeri ini. Karena jika tidak, maka jangan harap negeri ini akan menjadi negeri yang barokah, aman dan sentosa, meski sering digembor-gemborkan sebagai tanah yang gemah ripah loh jinawi.

Allah SWT berfirman "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. . . . " (QS An-Nahl ayat 90)

Adil, adalah suatu tuntutan mutlak bagi setiap muslim dalam berbuat, terutama ketika menyangkut hak orang lain. Apalagi jika hak orang lain yang diurus itu banyak (seorang pemimpin kan ngurusin banyak orang).

Lalu, bagaimana dengan para pemimpin bangsa ini? Ketika banyak rakyat yang masih miskin, makan pun seadanya, sang pemimpin malah ngeluh gajinya gak naik-naik. Ketika rakyatnya kesulitan membeli bahan bakar untuk memasak, pejabatnya rebutan jatah mobil dinas yang masih gres. Ketika jutaan tunas bangsa tak mampu meneruskan pendidikan, yang mewakili suara rakyat berbondong-bondong study banding ke luar negeri.

Adilkah?

Bukankah setiap pemimpin nantinya akan diminta pertanggungan jjawab atas apa-apa yang dipimpinnya? Atas amanat yang diembankan kepadanya?

Sadarkah mereka, bahwa ketidakadilan seorang pemimpin, tidak jujurnya pengelola bangsa ini, kecurangan yang terjadi di berbagai instansi, adalah faktor terbesar dalam perusakan bangsa ini?

Bukankah pemerintah beserta seluruh lembaga dan instansi di dalamnya adalah pelayan masyarakat? mengapa masih sering tidak ingat sama rakyat?

Kalau begini terus, kapan orang-orang negeri ini bebas dari kata 'melarat' ?

*sebuah renungan bagi kita semua, yang kelak akan menjadi barisan pemimpin negeri ini, insyaAllah

Komentar