Oleh-oleh dari Istiqlal ( lagi ) edisi februari 2011

Assalamu'alaikum Sodara-sodara

Alhamdulillah, lagi-lagi Allah SWT memberi saya kesempatan untuk menambah ilmu melalui pengajian rutin Aa' gym di Masjid Istiqlal. Seperti biasa, jadwalnya adalah pada ahad kedua setiap bulan.

Let's check this out . . .

## Pada ceramah sesi pertama, saya dan rombongan gak dapet secara keseluruhan karena kami nyampe di lokasi agak telat. udah nggak tahu siapa nama ustadznya, cuma sempet nyatet sedikit pula. Tentang qalbu.

Qalbu atau hati adalah sesuatu yang memimpin seluruh diri ini untuk melakukan sesuatu. Misalnya, ketika kita akan minum, secara sadar, kita akan merasa haus, kita nggak akan beranjak mengambil minum kalo qalbu kita nggak memerintahkan kaki untuk melangkah, tangan untuk meraih gelas-mengambil air-mendekatkan ke mulut, dan mulut untuk meneguk air tersebut. Diibaratkan, qalbu adalah raja dalam diri kita.

Ada 3 jenis qalbu, yaitu :

- qalbu yang mayit

- qalbu yang marid (gak yakin tulisannya bener)

- qalbu yang salim

bahas satu-satu nih.

1. Qalbun mayit,

adalah hati yang telah mati. Jasadnya hidup tetapi hatinya tidak. Kebanyakan pemilik hati jenis ini adalah orang-orang kafir, meskipun tidak menutup kemungkinan ada orang 'Islam' yang memiliki hati jenis ini; kemungkinan orang yang Islam KTP. Hati yang seperti ini telah dikunci oleh Allah. hati yang telah tertutup dari kebenaran. Nau'dzubillahi min dzaalik, semoga kita nggak termasuk di dalamnya.

2. Qalbun marid,

adalah hati yang 'penyakitan' (penyakit di sini bukan mengacu pada penyakit fisik yang mudah dideteksi dan dicari obatnya, yang jelas bukan hepatitis atau penyakit liver). Hati yang seperti ini adalah tipikal hati orang munafik. Ada beberapa ciri hati yang penyakitan ini, antara lain :

a. kehilangan cinta yang tulus, yakni cinta kepada Allah

b. gelisah dengan urusan dunia

c. kehilangan khusyu' dalam ibadah (karena gelisah dengan dunia tadi)

d. malas bersedekah

e. mata dan hatinya keras, dalam artian matanya susah untuk menangis ketika ingat dosa (boro-boro nangis, inget dosa aja kagak), dan hatinya kurang peka terhadap lingkungan Islam di sekitarnya.

f. gemar melakukan dosa-dosa kecil

Naudzubillahi min dzaalik, semoga Allah menjauhkan kita dari penyakit hati.

3. Qalbun salim,

yakni qalbu yang selamat. Selamat dari penyembahan kepada yang selain Allah. Selamat dari syubhat dan syahwat (2 hal yang menjadi penyebab penyakit qalbu). Selamat karena ibadahnya cocok dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW (memiliki ilmu dalam beribadah) dan ikhlas amalannya; bersih, bening, jernih, seperti air yang tidak tercampur apapun.

Semoga kita menjadi orang-orang yang salim qalbu-nya, amiin...


## Langsung aja ya, ke sesi dua, yang disampaikan langsung oleh Aa' Gym. Kali ini ngebahas masalah tauhid.

Karena yang dibahas banyak sekali, dan saya nggak dapet sistematikanya (maklum, yang dibahas kesana-sini, adaaa aja yang bikin nyambungnya bisa kemana-mana), maka saya tulis aja poin-poin yang sempet saya tulis.

* Allah maha Tahu, adakah yang bisa kita sembunyikan dari-Nya?? Tidak, Saudaraku.

Allah maha Melihat, adakah suatuperbuatan kita yang bisa lepas dari pengamatan-Nya? Sekali lagi tidak, Saudaraku.

Allah Maha mendengar, adakah pembicaraan kita yang tak terekam oleh-Nya? Sekali lagi tidak, Saudaraku. Tidak ada yang terlewat oleh-Nya. (maka dari itu, Islam mengajarkan "bicaralah yang baik atau -jika tidak bisa- diam")

Allah tahu yang kita sembunyikan dan apa yang kita tampakkan. Nggak ada satupun yang tersembunyi dari Allah.

Allah tahu isi hati kita, Allah tahu masalah yang membuat kita gelisah, dan Allah pula lah yang mengetahui penyelesaiannya. Jadi mengapa masih bersandar kepada yang selain Allah? Kalaupun meminta pertolongan kepada sesama manusia, ingatlah, mereka hanyalah perantara, lewat merekalah pertolongan Allah datang pada kita, Allah lah yang menggerakkan hati kita untuk minta bantuan kepada mereka, Allah pula lah yang menggerakkan hati mereka untuk mau menolong kita. Ingat, sesungguhnya Allah lah yang menolong kita.

“ .... Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (al-Hajj: 78)

Berharaplah hanya kepada Allah, maka akan tenang hati ini. Jika berharap kepada selain Allah, hanya akan menambah kegelisahan hati.

* Segenap dunia beserta isinya, juga akhirat dan seluruh isinya, adalah ciptaan Allah. Milik Allah secara mutlak. Konsekwensinya, segala sesuatu yang (menurut anggapan kita) adalah milik kita, sesungguhnya itu adalah milik Allah. Harta, keluarga, kedudukan, segalanya. Maka, ketika kita kehilangan itu semua, tak ada yang perlu disesali karena pada dasarnya kita tidak memiliki apapun di dunia ini. Bahkan kehidupan kita, tubuh kita, nyawa kita, adalah milik Allah.

Ketika pemahaman tauhid ini sudah berakar kuat, maka dengan sendirinya iman seseorang akan menjadi kuat pula (itulah sebabnya Rasulullah begitu tangguh menghadapi segala cobaan selama masa dakwah). Tak heran, selama 13 tahun prtama masa kenabian Rasulullah dihabiskan dengan dakwah tentang tauhid. Pemahaman tentang tauhid lebih utama daripada muamalah dan syariah.

Dalam satu riwayat disebutkan, dari Jundub bin Abdillah, dikatakan "kami bersama Rasulullah saat remaja. Kami belajar iman sebelum Al Qur'an. Lalu kami belajar Al Qur'an, maka bertambahlah iman kami".

* Allah memiliki perhitungan yang sangat sempurna atas segala sesuatu. Rizki kita. Takdir kita. Ujian bagi kita. Perintah-perintah-Nya. Segala sesuatunya telah ditetapkan dan diperhitungkan dengan matang dan begitu rapi.

Tentang rizki, bayangkan, ketika kita di dalam rahim, kita nggak tahu apa-apa, ibu kita sendiri juga nggak tahu apa-apa di dalam sana, tapi kita nggak kekurangan rizki di dalam sana. Kita diberi rizki yang cukup untuk tumbuh berkembang dan lahir dengan sleamat, hingga usia kita sampai pada detik ini.

Maka janganlah takut kita nggak punya rizki, tapi takutlah kita nggak punya jujur, nggak punya syukur dan nggak punya sabar.

Tentang takdir, bayangkan betapa rapihnya takdir yang dibuat oleh Allah. Pagi ini (pagi tadi saat acara di Istiqlal), bayangkan ada berapa takdir manusia yang tumpang tindih hingga akhirnya sekian ratus, atau sekian ribu orang akhirnya bertemu di Masjid Istiqlal untuk menambah ilmu agama? Ada yang berangkat dengan angkutan umum, dengan kendaraan pribadi, ada yang menumpang kendaraan teman, semua dengan niat awal dan jalannya masing-masing, namun pada akhirnya semua ditakdirkan bertemu di Istiqlal mendengarkan ceramah Aa' Gym. Dapatkah Anda lihat betapa rapi takdir Allah?

Allah yang menciptakan takdir, Allah pulal lah yang mewujudkannya. "Kun, fayakun"

Tentang ujian bagi kita, semua telah diperhitungkan sesuai kemampuan hamba-NYa. Tidak akan tertukar ujian yang ditujukan bagi seseorang dengan seorang lainnya. mengutip penggalan suatu ayat yang sudah amat akrab bagi kita,

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ....” (al-Baqarah: 286)

Percayalah, Allah telah memperhitungkan kemampuan kita dan juga tingkat kesulitan ujian kita. Bayangkan, ujian sekolah saja, antara anak kelas 6 SD dan anak SMP kelas 3, jelas berbeda. Mengapa? Karena tingkatan mereka berbeda, kemampuan mereka berbeda, ilmu yang mereka miliki berbeda. Nggak adil dong kalau anak SD kelas 6 dikasih ujian selevel ujian kelas 3 SMP. Nah, praktisi pendidikan saja bisa memperhitungkan itu, apalagi Allah yang menciptakan para praktisi pendidikan itu.

Maka dari itu, pantaskah kita protes pada Allah ketika sedang diuji oleh-Nya? Padahal ujian tersebut telah disesuaikan dengan kemampuan kita? Apakah kita akan meminta ujiannya yang dipermudah, ataukah kita meminta diberi kekuatan untuk menjalani ujian tersebut?

Tentang perintah-perintah-Nya, Allah memberikan suatu ketetapan dalam perintahnya yang telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga mampu dilaksanakan oleh manusia. Contohnya, pada prosesi ibadah haji, salah satu rukunnya adalah memotong rambut. Dan subhanallah sekali, rambut adalah bagian tubuh manusia yang tidak dilengkapi syaraf dan pembuluh darah di setiap helainya. Bayangkan kalau setiap helai rambut dilengkapi syaraf dan pembuluh darah, betapa sakitnya prosesi pemotongan rambut saat ibadah haji (dan saat-saat lainnya. Mungkin tentara akan gondrong kalau begitu kejadiannya). Sama juga dengan sunah memotong kuku sebelum sholat Jum'at. Kuku kita yang dipotong adalah bagian keratin yang mati, yang tidak memilik syaraf dan pembuluh darah juga. Sehingga saat dipotong toh kita tenang-tenang saja (kecuali kalau nggak sengaja terkena daging di bawah kuku). Atau perintah aqiqah, salah satu hikmahnya adalah sebagai perbaikan gizi bagi saudara-saudara kita yang nggak tiap hari berkesempatan makan daging.

(Tentunya masih banyak ketetapan-ketetapan lain dari Allah yang dapat dijadikan contoh, tapi rasa-rasanya 3 ini sudah cukup mewakili lah)

* Dalam kehidupan kita yang singkat ini, yang sepantasnya dicari hanyalah ridho dari Allah. Sederhananya, lakukanlah hal-hal yang jika kita melakukannya, Allah akan suka. Dan sebaliknya, jauhilah hal-hal yang Allah tidak suka jika kita melakukannya.

Misalnya, Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan, maka kita bolehlah berhias, memperindah rumah, agar Allah suka. Namun jangan berlebih-lebihan, karena Allah tidak suka yang berlebihan.

## Ada juga beberapa poin yang saya dapat dari jawaban Aa' atas beberapa pertanyaan yang diajukan pendengar (sayangnya saya nggak mencatat pertanyaannya). Here they are . . .

* nafsu itu seperti air laut, makin diminum makin membuat haus --> makanya jangan turutin nafsu.

* Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini senantiasa bertasbih memuji-Nya, maka tidak pantaslah bila kita mengganggu ciptaan-Nya padahal mereka senantiasa bertasbih pada Allah.

* Tidak ada yang lebih dekat kepada Allah selain Rasulullah SAW. Maka jika kita ingin mendekatkan diri kepada Allah, contohlah cara-cara yang dilakukan oleh Rasul.

-----------------------------------------------------------------------------

Demikian yang bisa saya sampaikan. Apabila ada kekurangan dan kesalahan itu datangnya dari saya dan syetan, apabila ada benarnya maka kebenaran itu datang dari Allah.

Wallahu'alam bish showab.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi ta'ala wabarakatuh.

Komentar