Kisah Horor

Beberapa hari kemarin penulis sempat keranjingan baca cerita horor di kaskus. Berawal dari tautan yang dibagikan di medsos, terbawalah penulis ke salah satu cerita horor paling beke di kaskus yang ditulis oleh Bung Genta. Tak cukup satu, ada beberapa kisah lain yang penulis baca sekedar untuk iseng-iseng (ini juga menarik, tentang KKN, pesantren, dan pesugihan). Penulis sendiri baca begituan nggak sampai parno sih, cuma jadi lebih sering celingukan kalau sedang di rumah sendirian atau pas melewati area gelap. Maklum, masa kecil penulis dulu, nggak asing sama hal yang begituan.
Jadi cerita ini berawal di rumah yang ditinggali oleh keluarga penulis di masa kecil. ayah penulis pernah menjadi seorang guru di sebuah sekolah swasta, dan mama penulis pernah sekolah dan bekerja di sekolah itu juga. Entah bagaimana awalnya, pengurus yayasan yang terakhir (alm.) meminta kepada ayah dan mama penulis untuk tinggal di sekolah tersebut, menggunakan salah satu bangunan sekolah yang disulap menjadi rumah tinggal bagi kami. Sebelumnya, ayah dan mama penulis, serta kakak penulis yang lebih dulu lahir (yaiyalah, kalau lahir belakangan kan jadi adik) tinggal di sebuah rumah kontrakan tak jauh dari rumah tinggal yang di sekolah ini (itu juga horor). Oh iya, kepindahan ini terjadi setelah penulis lahir, jadi lamanya keluarga kami tinggal di rumah-sekolah ini, ya cuma selisih hitungan hari dengan usia penulis.

Kalau namanya sekolah, tentu di mana-mana punya satu kesamaan-ramai siswa di siang hari, dan ramai makhluk halus di malam hari. Ayo ngaku deh, siapa yang sekolahannya nggak punya cerita horor? Kayaknya hampir nggak ada kan? Nah, di rumah-sekolah ini banyak kisah mistis yang penulis alami semasa kecil. Mulai dari suara-suara, penampakan (ada yang shadow, ada yang doppleganger), sampai ada yang melakukan gangguan fisik. 

Dari berbagai macam penampakan tersebut, ada beberapa yang paling berkesan menurut penulis, berikut nominasinya:

  • penampakan tersering: si tangan
    sekelebat tangan yang muncul dari tembok, sebelah lemari, dan tempat lain (yang saat itu dipastikan nggak ada orang), berbentuk seperti tangan manusia dengan lima jari, namun tangan tersebut hampir selalu berujung lancip seperti memiliki cakar. Dan warnanya seringkali berwarna merah tua seperti tanaman hias hanjuang. Kebetulan juga, tanaman hias tersebut banyak ditanam di taman sekolah. Pernah juga ada yang berwarna putih sih, tapi tetap berujung lancip. Sering terjadi di siang hari saat penulis bermain-main di rumah
is that Shikamaru's or Gecko Moriah's hand? Neither
  • penampakan ter-alim: siluet bersurban
    rumah-sekolah penulis berada di pinggir ruas utama jalan raya Malang-Surabaya, tepatnya di dekat flyover Lawang. Sehubungan dengan kondisi geografis perbukitan di daerah sana, maka rumah penulis jadinya hampir sejajar dengan flyover tersebut. Karena hampir sejajar, maka seringkali rumah penulis "disinari" oleh pantulan cahaya matahari yang mengenai kaca mobil yang melintas di flyover tersebut. Dan pantulan cahaya tersebut seringkali membawa bayangan benda apapun yang dilewatinya sebelum mengenai rumah kami. Utamanya, ranting dan dedaunan dari pohon yang ditanam di depan tumah. Namun satu yang pasti, nggak ada orang bersurban yang berdiri di rumah pada saat itu. Kejadiannya begitu cepat, saat penulis dan kakak bermain di ruang tamu, lalu seberkas cahaya pantulan masuk ke rumah, membawa siluet sesosok pria bersurban. Dalam ingatan kami, seperti gambaran Pangeran Diponegoro atau pahlawan nasional yang ada dalam gambaran buku-buku sejarah. Kami berdua masih ingat momoen itu, dan momen instant silence sedetik setelahnya. "Nope, I didn't see anything"
  • penampakan ter-surprise: hantu kaki
    di rumah-sekolah dulu, ada seorang guru pria (mengajar di sekolah lain juga kalo nggak salah) yang ngenger (numpang tinggal-Jawa) di sana. Itu orang hobinya ote-ote (melepas baju luar karena kepanasan) sambil pake celana pendek dan kaos dalam saja. Apa hubungannya?
.... bersambung

Komentar